Cameron Mott, gadis tanpa otak kanan yang luar biasa



Usianya baru sembilan tahun. Di usia sekecil itu, Cameron Mott harus kehilangan setengah organ otaknya dalam sebuah operasi radikal. Ia harus merelakan otak kanannya karena sindroma Rasmussen yang dideritanya.

Sindroma Rasmussen mulai terlihat sejak Cameron berusi tiga tahun. Penyakit langka ini meluas dan mematikan fungsi otak kanannya. Akibatnya, kejang-kejang dan gejala epilepsi luar biasa selalu hadir di hari-hari gadis kecil ini.

“Sangat menakutkan, karena sebagai orangtua Anda tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi pada anak Anda setelah operasi otak yang dramatis,” kata sang ibu, Shelly Mott, seperti dikutip dari dari laman Mailonline.

Atas persetujuan keluarga, Cameron menjalani operasi kepala untuk pengangkatan otak kanannya. Tindakan berisiko tinggi dengan harapan hidup yang sangat rendah itu harus dijalani demi menghentikan kejang-kejang dan epilepsi hebat yang selalu dideritanya setiap waktu.

Sejak awal dokter telah mengatakan, seandainya Cameron tetap selamat, kemungkinan besar akan mengalami koma dan lumpuh pada sisi kiri tubuhnya. Karena, otak kanan adalah organ pengatur tubuh bagian kiri.

Namun luar biasa, ketakutan-ketakutan itu tak terjadi. Setelah operasi dan menjalani fisioterapi, Cameron dapat berlari, dan bermain, meskipun sedikit pincang dan kehilangan kemampuan melihat bagan tepi. Ia hanya melakukan perawatan di rumah sakit selama 4 minggu.

Apakah gadis luar biasa itu merasakan pengaruh dari operasi? Cameron menjawab, “Tidak terasa sama sekali.” Cameron mengaku tetap akan mengjar cita-citanya. “Saya akan menjadi seorang balerina saat besar nanti.” 
Sumber: beritaunik.net
smo