Dua galur nyamuk penyebar penyakit malaria di Afrika berevolusi secara genetik hingga menjadi spesies baru yang berbeda dengan sebelumnya. Hal itu diketahui dari penelitian internasional yang dipimpin ilmuwan dari Imperial College London (ICL) tentang galur M dan galur S pada nyamuk Anopheles gambiae yang ada di Sub-Sahara Afrika.
Secara fisik, galur M dan S itu identik. Namun, secara genetik, keduanya berbeda sehingga jenis nyamuknya pun seharusnya dibedakan. Perbedaan genetik itu membuat upaya mengontrol populasi nyamuk Anopheles gambiae dipastikan hanya efektif untuk satu galur dan tidak efektif untuk galur yang lain. Karena itu, jika akan dibuat insektisida untuk membasmi nyamuk tersebut, insektisidanya harus efektif untuk kedua jenis galur.
Pemimpin peneliti, George Christophides dari Divisi Sel dan Biologi Molekuler pada ICL, seperti dikutip ScienceDaily, Kamis (21/10/2010), menyebutkan, malaria adalah penyakit mematikan. Satu dari lima kematian yang terjadi di Afrika disebabkan oleh malaria. ”Cara yang tepat untuk membasmi malaria adalah dengan mengontrol nyamuknya sebagai pembawa penyakit,” katanya.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 200 juta orang terserang malaria di seluruh dunia, sebagian besar ada di Afrika. Malaria membunuh satu anak setiap 30 detik.Peneliti lain dari ICL, Mara Lawniczak, mengatakan, studi menunjukkan, evolusi nyamuk penyebar malaria jauh lebih cepat dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya. Untuk itu, pemantauan genetik tersembunyi pada nyamuk perlu dilakukan jika ingin sukses dalam mengatasi malaria karena strategi menghadapi satu galur nyamuk berbeda dengan strategi untuk menghadapi galur yang lain.
Sumber: kompas.com