Planet bisa bereinkarnasi



Selama ini, planet-planet ditemukan di sekitar bintang membentuk suatu sistem tata surya. Secara teori, saat bintang-bintang yang menjadi pusat tata surya mati dan meledak, planet pun akan ikut hancur. Lalu, apa yang terjadi kemudian?

Setelah menemukan 15 planet ekstrasurya sejak melakukan penelitian intensif tahun 1999, Johny Setiawan, seorang astronom asal Indonesia yang bekerja di Max Planck Institut fur Astronomie, Jerman tergelitik dengan pertanyaan tersebut. Ia bahkan sampai terpikir kalau planet yang hancur sesudah bintangnya mati bisa terbentuk lagi. Mirip reinkarnasi.

"Mungkin tidak bintang yang sudah mati ini masih memiliki planet. Atau mungkinkah planet yang sebelumnya terbakar dan hancur bisa terbentuk lagi, jadi seperti reinkarnasi begitu?" ujar pria yang kini berusia 36 tahun tersebut.

Pertanyaan ini bukannya tak berdasar sebab ia telah menemukan adanya fenomena tersebut lewat observasinya. "Saya menemukan bintang yang sudah mati, tapi planetnya masih menunjukkan tanda-tanda kehidupan," katanya.

Tanda-tanda kehidupan yang dimaksud ada dua hal. Pertama, terdapatnya piringan atau massa debu di sekitar planet tersebut. Kedua adalah adanya gerakan secara teratur bukti kuat bahwa planet tersebut masih hidup.

Ia menyatakan, terdapat dua kemungkinan yang bisa menjadi sebab fenomena tersebut. "Apakah planetnya itu super kuat sehingga bisa bertahan walaupun bintangnya sudah meledak. Atau, planetnya terbentuk kembali," jelas Johny.

Mengenai apa nama planet dan bintang yang tengah ditelitinya, Johny belum bisa menjelaskan. Namun, ia mengatakan bahwa tahun depan pertanyaan tentang nama dan kemungkinan reinkarnasi bintang itu akan terjawab.

Johny adalah pimpinan proyek penelitian di Max Planck yang bersama timnya baru saja menemukan planet HIP 13044b, sebuah planet yang berasal dari luar galaksi kita, namun seakan tertelan sehingga berada di wilayah Bima Sakti.

Planet HIP 13044b mengorbit pada bintang yang disebut HIP 13044 atau Sergio, sebuah bintang yang telah masuk usia senja dan miskin kandungan logam. Penemuan Johny dipublikasikan di Scientific Express bulan lalu. 
Sumber: kompas.com
smo