Gunung Merapi krisis, radius bahaya diperluas



Sejak pertama kali meletus, Selasa 26 Oktober 2010 lalu, Gunung Merapi hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda mulai jinak. Bahkan, kemarin, Rabu 3 November, kondisi Merapi kritis. Hampir empat jam lebih, suara dentuman dan awan panas vulkanik, wedhus gembel, meruap dari pucuknya.

Si wedhus gembel kini makin liar, meluncur jauh hingga 9 kilometer. Radius luncurannya ini tiga kali lebih jauh dibandingkan dengan luncuran yang terjadi pada 26 Oktober. Yang mengerikan, semburan awan panas ini juga ditingkahi suara dentuman keras.

"Telah terjadi krisis di Merapi sejak pukul 11.04. Awan panas sudah keluar selama 47 menit, tapi hingga kini belum berhenti," kata Staf Khusus Presiden Bidang Bencana Alam, Andi Arief dalam akun Twitternya, Rabu 3 Novbember 2010.

"Sedang akan diambil keputusan baru menyangkut jarak radius pengungsian diperpanjang," tambah Andi.

Warga panik. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) kemudian mengeluarkan pengumuman, pengosongan wilayah dengan radius 15 kilometer dari puncak gunung yang sedang muntab itu. Semula, lembaga tersebut hanya mematok di angka 10 kilometer.

Penetapan radius berbahaya ini berlaku sejak pukul 16.00 WIB. "Semua tanpa kecuali (harus) mematuhi ini (PVMBG)," tegas Andi.

Artinya, aturan berlaku tidak hanya untuk warga yang tinggal di sepanjang radius itu, tapi juga jurnalis dan tim relawan yang berjibaku dengan petaka dalam bencana ini.

Peningkatan letupan Merapi sebetulnya sudah terjadi sejak pagi hari. Pengamatan PVMBG antara pukul 08.00-12.00 WIB mencatat gempa multiphase terjadi sebanyak 21 kali. Gempa guguran juga masih mendominasi, yakni 140 kali dan awan panas 38 kali.

Sementara kepulan asap awan panas teramati di semua pos dengan arah menuju Kali Gendol. Rentetan awan panas ini terjadi sejak pukul 11.04 WIB hingga pukul 18.01 WIB. PVMBG membeberkan kronologi erupsi Merapi itu sebagai berikut:
  1. Pukul 11.11-13.19 WIB, terjadi awan panas beruntun dengan durasi maksimum 2 menit. Sementara cuaca dalam keadaan kabut dan hujan, sehingga tidak bisa melihat keadaan puncak Gunung Merapi.
  2. Pukul 13.27 WIB dan 13.30 WIB, terjadi gempa vulkanik dangkal sebanyak 2 kali.
  3. Pukul 14.00-14.03 WIB, terjadi guguran besar beruntun sebanyak 4 kali, durasi makimum 1 menit.
  4. Pukul 14.04 –14.27 WIB, terjadi rentetan awan panas dengan durasi maksimum 5 menit. Diperkirakan jarak luncur awan panas lebih dari 10 km, sehingga diputuskan untuk memperluas daerah aman hingga di luar radius 15 km. 
  5. Pukul 14.44 WIB, terjadi awan panas besar selama 1,5 jam.
  6. Pukul 16.23 WIB, aktivitas mulai reda.
  7. Pukul 17.30 WIB, dilaporkan bahwa semburan awan panas terjadi lagi, luncurannya mencapai 9 km di alur Kali Gendol.
  8. Pukul 18.01 WIB, luncuran awan panas terjadi lagi.

Belum didapat laporan resmi apakah ada korban jiwa akibat erupsi kali ini. Namun tiga rumah dan satu kandang di RT 03/RW 04, Dusun Jambu, Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, habis dilumat si wedhus.

Koordinator Tim SAR Sleman, Suharyono yang bermarkas di Posko Utama Merapi, Pakem, Sleman, mengungkapkan ketakutan dan kepanikan warga sekitar Merapi. Mereka meminta lokasi pengungsian di Kepuharjo dan Glagaharjo dipindahkan ke lokasi lain. Barak pengungsian di dua wilayah ini memang berada di radius bahaya. Untuk sementara, pengungsi di Kepuharjo dievakuasi ke Barak Wukirsari yang ada di Cangkringan.

Ancaman Lahar Dingin
Hingga pukul 21.00 WIB, letupan belum juga mereda. Seiring itu bahaya lain mengintai. Hujan deras yang mewarnai letupan Merapi memicu petaka lanjutan, banjir lahar dingin.

Informasi yang disampaikan radio komunitas Merapi menyebutkan, sekitar pukul 16.30 WIB, lahar dingin dari puncak Merapi telah mengalir ke Kali Gendol. "Warga yang tinggal di 200-300 meter dari sisi Sungai Gendol diminta segera mengungsi," kata petugas pengamat Merapi, Samsang.

Tak hanya Kali Gendol, lahar dingin juga merembes ke Kali Kuning, Umbulharjo, Sleman, tepatnya di sisi timur Kaliurang. Kedalaman lahar dingin ini antara 50 cm hingga 1 meter. Material yang terkandung dalam lahar dingin ini masih berupa pasir dan krikil dengan sedikit endapan lumpur di atasnya. Bau belerang sangat menyengat.

PVMBG meminta warga menjauhi bibir sungai karena dikhawatirkan terjadi luapan lahar dingin jika badan sungai tidak mampu menampung material Merapi.
Sumber: vivanews.com
smo